Monday, January 21, 2013

Negeri yang Benar

Sebelum hijrah ke Madinah, ada beberapa gelombang kaum muslimin hijrah ke Habasyah untuk menghindari tekanan yang luar biasa berat dari orang kafir Quraisy di Mekah. Salah satu rombongan dipimpin oleh Ja'far bin Abi Thalib. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam memerintah Ja'far untuk hijrah ke suatu negeri yang "benar" sembari menunjuk ke arah Habasyah (Ethiopia).

Menarik sekali pernyataan Rasullah mengenai negeri yang "benar" ini. Di mana faktanya negeri tersebut dipimpin oleh raja yang notabene beragama non-Islam, yakni Nashrani. Adalah benar Rasulullah mendapatkannya dari wahyu dan di masa-masa selanjutnya raja tersebut, yakni Raja Najasyi akhirnya memeluk ke dalam agama Islam. Sehingga menyiratkan bahwa ada negeri yang "benar" pengurusannya dan tidak benar. Dan hal ini tidak terkait langsung dengan ideologi yang dianut. Kita bisa mendapatkan sebuah negeri yang dipimpin atau mayoritas non-muslim tapi "benar" dalam mengelolanya. Kebersihan dan Ketertiban terjaga, penegakan hukum berjalan baik, tingkat korupsi rendah dan pendidikan sangat baik. Terdapat pula negeri yang dipimpin dan mayoritas orang Islam tapi tidak "benar" dalam pengelolaanya, kebersihan dan ketertiban tidak terkelola baik, penegakan hukum rendah, tingkat korupsi merajalela dan juga kualitas pendidikannya tertinggal dari negara lain. Sehingga ada ungkapan yang terkenal bahwa, "Islam tertutupi oleh umat muslimin itu sendiri"

Dalam sirah nabawiyah, bisa didapati bagaimana sesuatu hal itu dikelola dengan benar. Misalnya saja di jaman Rasul ada satu wilayah yang namanya hima. Kalau zaman sekarang mungkin dinamakan cagar alam. Dari daerah tersebut tidak diperbolehkan mengambil pepohonannya dan hewan-hewannya. Sampai-sampai suatu saat Saad bin Abi Waqash ra memukul orang yang melanggar larangan di daerah hima. Ketika ditanya oleh Umar bin Khattab ra, Saad menyatakan bahwa memang Rasulullah memerintahkan begitu. Sementara saat ini daerah yang seharusnya jadi resapan air dibangun villa-villa yang mewah nan megah. Tidak heran kalau terjadilah bencana banjir saat curah hujan tinggi.

Contoh lain ketika seorang petugas pengumpul zakat datang kepada Rasulullah menyatakan sebagian hasil dari zakat dan sebagian lain adalah hadiah. Rasulullah langsung menegur apakah kalau dia tidak menjadi pengumpul zakat tidur-tidur di rumah bakal ada yang memberikan hadiah. Ini menjadi tolok ukur apakah seseorang itu bakal mendapatkan hadiah kalau tidak menduduki jabatan tersendiri. Sehingga perlu diwaspadai kalau seseorang mendapatkan hadiah karena posisi/jabatannya, ditakutkan itu adalah sebuah upaya suap.

Demikian ibrah yang bisa diambil dari rangkaian peristiwa dalam sirah nabawiyah sebagai bahan renungan.

No comments:

Post a Comment